Beranda | Artikel
Keterampilan Meyakinkan Remaja
Kamis, 28 Maret 2024

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Keterampilan Meyakinkan Remaja merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 15 Ramadhan 1445 H / 26 Maret 2024 M.

Kajian Tentang Keterampilan Meyakinkan Remaja

 إِنَّ مِنْ الْبَيَانِ لَسِحْرًا

“Sesungguhnya di antara retorika itu ada yang pengaruhnya seperti sihir.” (HR. Abu Dawud)

Yaitu bisa menyihir seseorang hingga mengikuti kata-kata kita tanpa dia sadari. Ini sebuah keterampilan yang harus kita pelajari.

Demikian pula, ketika kita menghadapi anak-anak remaja, kita tahu ayat yang berbunyi,

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ…

“Tidak ada paksaan dalam agama.” (QS. Al-Baqarah[2]: 256)

Agama ini tidak perlu dipaksa-paksa. Masing-masing orang tentunya bertanggung jawab atas dirinya, dan kewajiban kita hanya menyampaikan saja. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

… فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ…

“Sesungguhnya kewajibanmu hanya menyampaikan.” (QS. Ar-Ra’d[13]: 40)

Akan tetapi, ketika berhadapan dengan anak, kadang-kadang kita tidak berdaya untuk bagaimana agar dia mau yakin terhadap apa yang kita katakan lalu mengikuti apa yang kita instruksikan. Maka perlu keterampilan meyakinkan mereka.

Sebagaimana sabda nabi di atas, bahwa di antara kata-kata itu ada yang pengaruhnya seperti sihir, bisa menyihir seseorang sehingga mengikuti kata-kata kita. Seperti seorang yang dihipnotis, lalu dia menuruti kata-kata yang menghipnotisnya, itu memang ada, dan pengaruhnya memang nyata.

Kita mempengaruhi pikiran mereka untuk mengikuti instruksi kita, hingga dia yakin apa yang kita sampaikan dan mau melakukan apa yang kita suruh. Barangkali sebagian kita memiliki kemampuan untuk berbicara dan pada saat yang sama memiliki kemampuan untuk mendengar dengan baik, seperti yang kita bahas pada bab-bab sebelumnya, namun kadang-kadang itu belum cukup untuk mempengaruhi atau merubah remaja itu ke arah yang kita harapkan. Penyebab dari hal tersebut adalah kelemahan dan kurangnya kemampuan kita untuk meyakinkannya. Lalu bagaimana caranya agar bisa meyakinkan mereka?

Ketika kita ingin mempengaruhi pandangan, keyakinan, dan perilaku seseorang, apalagi ini remaja yang sifatnya dinamis, maka kita perlu sadar bahwa tempat meyakinkan itu letaknya di hati, bukan paksaan dari luar. Artinya, nabi mengatakan,

أَلا إِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً

“Ingatlah, hati adalah panglima dari semua anggota tubuh manusia.”

Maka kalau ingin menaklukkan seseorang, taklukkan hatinya, dan itu yang dilakukan setan sebenarnya kepada manusia. Yang dilumpuhkan oleh setan adalah hati. Karena hati yang akan memerintahkan untuk melakukan atau tidak melakukan. Krena kalaulah dia mau melakukan apa yang kita perintahkan dengan keterpaksaan, itu tidak akan bertahan lama, bahkan nanti kontranya mungkin lebih dahsyat. Banyak anak-anak yang seperti itu; di depan orang tuanya dia melakukan dengan keterpaksaan, di belakang orang tuanya dia melakukan 180 derajat dari apa yang ditunjukkannya di depan orang tuanya. Tentunya kita tidak berharap seperti itu. Artinya orang tua ini sebenarnya gagal untuk meyakinkan anak remajanya. Biasanya ini dilakukan dengan cara yang kasar, keras, tekanan, dan cara-cara yang tidak simpatik.

Ada sebuah permisalan, yaitu perlombaan antara matahari dan angin, siapa di antara keduanya yang mampu membuka jubah yang dipakai oleh seorang pengembara. Angin terlebih dulu menunjukkan aksinya, dia bertiup kencang, dan karena hembusan angin yang kencang itu, ujung jubah yang dipakai oleh pengembara itu tertiup ke belakang, tapi ia segera mengikat erat jubah itu ke tubuhnya, dan semakin kuat angin bertiup, semakin erat juga si pengembara itu memegang jubahnya. Angin itu pun berusaha untuk merobek jubah pengembara itu dengan tiupannya. Namun, semua usahanya sia-sia, ternyata angin dengan segala usaha kerasnya gagal untuk membuat si pengembara ini membuka jubahnya.

Kini tiba giliran matahari. Matahari hanya memancarkan sinarnya. Pada awalnya, sinar yang dikeluarkan cukup lembut, namun dalam sekejap, kehangatan menggantikan rasa dingin dari tiupan angin. Sang pengembara, lalu melonggarkan jubahnya. Kemudian matahari memberikan sinarnya lebih terik dan bertambah terik dan semakin terik, maka si pria itu melepaskan penutup kepalanya, mengusap alisnya yang basah oleh keringat dan akhirnya ia menjadi kepanasan sehingga dia pun melepaskan jubahnya. Untuk menghindari panas matahari yang terik itu, ia pun berteduh di bawah naungan bayangan pohon di pinggir jalan.

Itu kisah perlombaan antara angin dan matahari. Matahari cukup memancarkan sinarnya saja untuk membuka jubah si pengembara tadi, sementara angin sudah berusaha sedemikian rupa. Ternyata, semakin keras angin itu bertiup, semakin ketat juga si pengembara ini mengikat jubahnya. Semacam ada reaksi dari apa yang dilakukan oleh si angin tadi, yang justru bukan untuk melepas jubahnya, malah mengikat erat jubah itu. Beda dengan si matahari, dengan sinar yang dipanjarkannya, lambat laun akhirnya si pengembara itu pun melepaskan jubahnya.

Demikian kisah ini memberikan pelajaran tentang perbedaan antara kekuatan meyakinkan dan paksaan. Dipaksa belum tentu itu berhasil. Inilah yang diisyaratkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam sebuah hadits,

إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفقَ، وَيُعْطِي على الرِّفق ما لا يُعطي عَلى العُنفِ، وَما لا يُعْطِي عَلى مَا سِوَاهُ

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala itu Maha Lembut dan menyukai kelembutan. Allah akan memberi seseorang karena lemah lembutnya, yang Allah tidak berikan kepada orang yang kasar, dan yang tidak Dia berikan kepada selainnya.” (HR. Muslim)

Kelemahlembutan akan membuka hati seseorang. Maka Allah perintahkan kepada Musa dan Harun supaya berkata kepada Firaun dengan kata-kata yang lemah lembut,

فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ

“Katakanlah kepada Firaun ini kata-kata yang lemah lembut, supaya dia ingat dan takut.” (QS. Tha Ha[20]: 44)

Jadi, yang membuat orang itu ingat dan takut adalah kata-kata yang lemah lembut, bukan kata-kata yang kasar. Seorang itu pada dasarnya punya kesadaran untuk mempertahankan diri. Yaitu di bawah alam sadar manusia, bagaimanapun akan membela diri (self defense), termasuk anak-anak, apalagi remaja yang sudah mulai matang akalnya. Maka, semakin dikerasi, semakin kuat juga self defense-nya. Dia akan mempertahankan diri.

Maka, ketika dia berusaha untuk mempertahankan dirinya, maka dia akan melakukan sesuatu yang kontra dengan apa yang kita sampaikan dan katakan dengan kekerasan tadi. Berusaha untuk memberikan pembuktian terbalik terhadap apa yang kita sampaikan. Tentunya, kita tidak ingin anak itu menuruti kata-kata kita karena keterpaksaan, atau sekedar agar dia terhindar dari kekerasan kita yang kemudian dia akan menjauhi kita. Sebenarnya, dia tidak nyaman dan merasa terganggu dengan kita.

Maka, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selalu melakukan pendekatan yang persuasif terhadap anak, dengan kelemahlembutan, dengan pendekatan pribadi, dari hati ke hati. Yang Nabi ingin rebut dari mereka adalah hatinya, tanpa ada paksaan, tanpa ada kekerasan, tentunya tanpa ada amarah. Tidak mungkin kita meyakinkan seseorang dengan amarah.

Makanya, kalau kita belajar dari sales, misalnya, untuk meyakinkan konsumen (pembeli) untuk melirik barangnya. Itu menggunakan retorika seperti itu, dengan kata-kata yang manis, dengan pendekatan yang lemah lembut, kita diperlakukan bak Raja. Bagaimana supaya hatinya mau memerintahkan tangannya untuk merogoh kantongnya.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54058-keterampilan-meyakinkan-remaja/